Beranda

23 August 2010

IDEALISME KAMI

"Idealisme Kami" adalah istilah yang sedang marak. Beberapa forum dan jaringan antar lembaga terutama yang bernuansa Islami ramai-ramai menjadikan "Idealisme Kami" sebagai salah satu karakter yang hendak dicapai atau background pembentukan. Lalu dari apakah "Idealisme Kami" itu? mengapa banyak sekali orang yang menggunakannya?
Sependek pengetahuan saya, "Idealisme Kami" merupakan karya orisinal Hasan Al Banna, seorang pendiri Organisasi Ikhwanul Muslimun di Mesir. "Idealisme Kami" sebenarnya adalah bagian dari buku yang ditulis Hasan Al Banna yang berjudul "Majmu'atur Rasail" yang dalam terbitan Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "Risalah Pergerakan". Pada sebuah Sub judul buku tersebut tertuliskan "Idealisme Kami" yang kemudian banyak dicuplik oleh orang-orang atau organisasi-organisasi yang kepincut dengan keindahan sastra karya Hasan Al Banna ini.
Organisasi yang pertama menggunakan "Idealisme Kami" adalah sebuah Program Pembinaan Sumber Daya Strategis (PPSDMS) yang pada awalnya di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. lama kelamaan Program ini mampu berdiri sehingga lepas dari yayasan induk (Nurul Fikri) dan menjadi Yayasan Bina PPSDMS NF. Dengan sedikit penyesuaian, PPSDMS NF meminjam Sub bagian dari Buku Hasan Al Banna tersebut dan memperkenalkannya sebagai karakter Organisasi sehingga "Idealisme Kami" dikenal luas sampai dengan sekarang.
Ternyata PPSDMS Nurul Fikri dengan "Idealisme Kami"-nya telah mempengaruhi sebuah Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) sehingga FSLDK tak mau ketinggalan menggunakan istilah ini dalam Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK Indonesia (lihat di sini http://mohdabdarif.blogspot.com/2010/02/idealisme-kami-fsldk.html ).
Lalu, sebenarnya apa sih bunyi "Idealisme Kami" itu?
Saya sendiri sangat kagum dengan kedalaman dan keindahan bahasa sastra bait-bait-nya. Bahasanya begitu menyentuh dan tulus. Saya tulis di dalam Blog saya ini dengan kekaguman dan berharap saya adalah penutur asli dari kalimat-kalimat tersebut. Atau, setidak-tidaknya "Idealisme Kami" terpatri dengan indah di relung hati saya.
Mudah-mudahan kalimat ini membawa nuansa perubahan di Bumi Indonesia.
-----------------
IDEALISME KAMI

Betapa inginnya kami
agar bangsa ini mengetahui
bahwa mereka lebih kami cintai
daripada diri kami sendiri.
Kami berbangga,
ketika jiwa-jiwa kami gugur
sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
jika memang tebusan itu yang diperlukan.
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan,
dan terwujudnya cita-cita mereka,
jika memang itu harga yang harus dibayar.
Tiada sesuatu
yang membuat kami bersikap seperti ini
selain rasa cinta
yang telah mengharu-biru hati kami,
menguasai perasaan kami,
memeras habis air mata kami,
dan mencabut rasa ingin tidur
dari pelupuk mata kami.
Betapa berat rasa di hati
ketika kami menyaksikan
bencana yang mencabik-cabik bangsa ini,
sementara kita hanya menyerah pada kehinaan
dan pasrah oleh keputusasaan.
Kami ingin
agar bangsa ini mengetahui
bahwa kami membawa misi yang bersih dan suci;
bersih dari ambisi pribadi,
bersih dari kepentingan dunia,
dan bersih dari hawa nafsu.
Kami tidak mengharapkan sesuatupun dari manusia;
tidak mengharap harta benda
atau imbalan lainnya,
tidak juga popularitas,
apalagi sekedar ucapan terima kasih.
Yang kami harap adalah
terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat
serta kebaikan dari Allah-Pencipta alam semesta.

Satu Lagi Sentuhan Halus di Hari Kemerdekaan

Pagi ini saya coba untuk membuka salah satu akun email di gmail, dan yahoo. Tujuan saya cuma satu, kepada siapa lagi saya bisa menyambung silaturahim di pagi ini. Mudah-mudahan dapat satu atau dua Sahabat yang bisa disapa.
Email yang menempati urutan pertama pada akun gmail berasal dari Sahabat satu kantor. Isinya sebuah Teguran halus yang mengingatkan betapa besarnya bangsa Indonesia. email itu mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara kaya. Kaya akan potensi alam, kaya akan budaya, kaya akan keberagaman, kaya akan potensi Sumber daya manusia, dan lain-lain.

Namun kekayaan yang dimiliki itu ternyata belum (atau tidak) bisa dikelola dengan baik oleh bangsa ini sebagai salah satu kekuatannya, belum (atau tidak) bisa mensejahterakan bangsa. Kekayaan itu juga tidak menjadikan Bangsa ini menghargai nuansa-nuansa perjuangan kemerdekaan yang telah dicapai oleh para Pahlawan yang (sekali lagi) tidak pernah memikirkan keuntungan yang didapat untuk dirinya.

Sahabat,.. saya harap tidak terlalu banyak mengumbar kata. Semoga Sahabat sekalian bisa menangkap hal ini. Dan biarlah gambar yang berbicara.


Foto disamping adalah kondisi tambang emas PT. Freeport (Tambang emas terbesar di Dunia). Bayangkan, Tambang Emas terbesar di Dunia ada di Papua, Indonesia. Gunung Emas telah diangkat dari Bumi Papua, Indonesia ke Luar negeri (pasti Sahabat sekalian sudah tahu negara yang saya maksud). Tapi, kenapa tambang logam yang identik dengan simbol kemakmuran itu tidak bisa memberikan imbas kemakmuran bagi Indonesia sebagai sebuah negara, atau paling tidak para penduduk lokal di Papua mengalami Indahnya pembangunan di bagian Timur Indonesia.

Gambar lain yang juga menyentil hati adalah gambar di samping. Tak pelak, gambar ini menciptakan dialog antara hati dan nalar saya, "sedang apa bapak tua itu? makan nasi bungkus dengan menggunakan seragam Veteran Perang Kemerdekan. Dalam rangka apa? Peringatan Resmi Hari Kemerdekaan-kah??? Seragam Veterannya tampak masih bagus, namun sepatu yang digunakannya lebih mirip sepatu boot yang biasa digunakan untuk berkotor-kotor di genangan yang kotor.


Jika Bapak Tua itu memang Veteran yang sedang mengikuti Acara Resmi, sepatutnya dia mendapat perlakuan lebih baik dari Penyelenggara Negara di Negeri ini. Tapi, Entahlah...


Mudah-mudahan sentuhan halus ini bisa memberikan bekas di hati para Sahabat Pembaca sekalian...


22 Agustus 2o10

Untuk Bumi Indonesia Tercinta..